Melaksanakan ibadah haji dan umrah adalah sebuah pengalaman spiritual yang luar biasa bagi setiap Muslim. Momen ini menjadi puncak dari perjalanan iman dan memenuhi panggilan Allah dengan ketulusan hati. Nah, dalam artikel ini, kita akan membahas tata cara haji dan umrah berdasarkan Kitab Fikih Muyassar yang dijelaskan secara sederhana, namun tetap mendetail.
Sebelum Memulai, Yuk Siapkan Diri!
Saat akan melaksanakan ibadah haji atau umrah, jamaah akan tiba di tempat yang disebut miqat. Di sini, ada sunnah yang sebaiknya dilakukan, yaitu mandi. Selain mandi, kita juga dianjurkan untuk membersihkan tubuh seperti mencukur bulu ketiak, memotong kuku, dan hal-hal lain yang memungkinkan. Bagi para lelaki, pakaian yang dikenakan di miqat pun berbeda. Para lelaki hanya menggunakan dua helai kain: satu di bagian bawah (disebut izhar) dan satu lagi di bagian atas (rida), yang biasanya berwarna putih dan bersih.
Wanita, di sisi lain, tidak terikat aturan warna atau jenis kain tertentu. Asalkan pakaiannya menutup aurat, sudah dianggap cukup.
Niat Itu Penting!
Nah, salah satu yang paling penting dalam melaksanakan ibadah haji atau umrah adalah berniat. Biasanya, niat ini dilafalkan ketika jamaah sudah berada di atas kendaraan, siap berangkat meninggalkan miqat. Misalnya, kalau kita melaksanakan Haji Ifrad, maka niat yang diucapkan adalah Labbaik Allahumma hajjan (Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu untuk melaksanakan haji). Jika Haji Tamattu, niatnya adalah Labbaik Allahumma umrotan karena ibadah umrah dilakukan terlebih dahulu sebelum haji.
Waktu Berihram: Talbiyah Menggema
Setelah berniat, kita memasuki fase berihram. Di sinilah Talbiyah berkumandang. Lafaz yang sudah sangat familiar, Labbaik Allahumma labbaik, menjadi panggilan suci kepada Allah. Dalam Talbiyah, kita menyatakan bahwa kita hanya datang memenuhi panggilan Allah, tiada sekutu bagi-Nya.
Para lelaki dianjurkan untuk mengucapkan Talbiyah dengan suara yang keras, sementara perempuan hanya perlu melafazkannya pelan saja, cukup terdengar oleh diri sendiri dan orang di dekatnya. Sepanjang perjalanan menuju Mekkah, zikir yang paling utama adalah Talbiyah.
Sampai di Mekkah, Apa yang Harus Dilakukan?
Setibanya di Mekkah, jamaah disunahkan untuk mandi sebelum memulai thawaf. Ya, mandi ini tanpa menggunakan wewangian atau sabun beraroma, lho! Setelah itu, lelaki disunahkan melakukan ittiba’, yaitu melepaskan kain ihram di pundak kanan, sehingga bahu kanan terlihat ketika memulai thawaf.
Thawaf: Mengelilingi Ka’bah dengan Khusyuk
Thawaf dimulai dari sudut Hajar Aswad. Kalau memungkinkan, jamaah disunahkan menyentuh dan mencium Hajar Aswad. Jika tidak memungkinkan karena terlalu ramai, cukup menyentuhnya dengan tangan atau memberi isyarat dari jauh.
Putaran thawaf dilakukan sebanyak tujuh kali. Selama thawaf, ada satu doa khusus yang sangat disarankan, yaitu antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Doa ini berbunyi: Rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fil-akhirati hasanah, waqina ‘adhab an-nar (Ya Allah, berikanlah kebaikan di dunia dan akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka).
Bagi jamaah lelaki, disunahkan berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama, sedangkan sisanya dilakukan dengan berjalan biasa. Setelah selesai thawaf, jangan lupa untuk mengembalikan kain ihram ke posisi semula, menutupi kedua bahu.
Salat di Makam Ibrahim dan Minum Zamzam
Setelah thawaf, jamaah disunahkan melakukan salat dua rakaat di belakang Makam Ibrahim, lalu membaca surah Al-Kafirun di rakaat pertama dan surah Al-Ikhlas di rakaat kedua. Jika area belakang Makam Ibrahim terlalu padat, kita boleh salat di bagian mana pun di dalam masjid.
Setelah salat, jangan lupa untuk minum air zamzam. Air zamzam ini juga bisa kita gunakan untuk membasahi kepala, mengikuti sunnah Rasulullah. Setelah itu, jamaah bisa kembali lagi ke Hajar Aswad untuk menyentuh atau memberi isyarat sebagai tanda bahwa thawaf telah selesai.
Pesan Khusus: Ikhlas dan Niat yang Murni
Di balik setiap ritual haji dan umrah, satu hal yang sangat penting adalah menjaga niat dan keikhlasan. Rasulullah mengajarkan doa agar kita terhindar dari sifat riya (pamer) dan sum’ah (ingin didengar). Di zaman sekarang, dengan maraknya media sosial, godaan untuk menunjukkan setiap aktivitas kita saat haji atau umrah semakin besar. Oleh karena itu, menjaga niat agar semata-mata hanya untuk Allah adalah hal yang harus diutamakan.
Penutup
Menjalankan ibadah haji dan umrah adalah momen yang sangat sakral. Semoga kita semua diberi kesempatan untuk melaksanakannya dengan hati yang ikhlas dan penuh ketundukan kepada Allah. Dalam setiap langkah, selalu ada hikmah yang bisa kita petik. Dan yang paling penting, setiap ritual dalam haji dan umrah adalah bentuk cinta dan kepatuhan kita kepada Sang Pencipta.
Sumber: Kitab Fikih Muyassar, Bab 4 – Sifat Haji dan Umrah