Pendahuluan
Jazirah Arab yang terkenal sebagai pusat lahirnya agama Islam ternyata juga memiliki sejarah panjang terkait masuknya agama Yahudi dan Nasrani. Agama-agama tersebut masuk dan berkembang di beberapa wilayah Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Artikel ini akan mengulas perjalanan sejarah masuknya agama Yahudi dan Nasrani ke Jazirah Arab, serta pengaruhnya terhadap masyarakat Arab kala itu.
Masuknya Agama Yahudi ke Jazirah Arab
Agama Yahudi pertama kali masuk ke Jazirah Arab melalui para pendatang yang bermigrasi ke wilayah Yaman. Salah satu tokoh penting yang berperan dalam penyebaran agama Yahudi di Yaman adalah seorang raja bernama Tubaan As’ad. Raja Tubaan As’ad adalah penguasa kuat di wilayah Yaman, yang terkenal karena fisiknya yang kuat dan kekuasaannya yang luas, hingga hampir seluruh Semenanjung Arab berada di bawah pengaruhnya.
Kisah masuknya agama Yahudi dimulai ketika Raja Tubaan As’ad hendak menyerang kota Yathrib (sekarang Madinah) untuk membalas dendam atas kematian putranya. Namun, dua pendeta Yahudi yang berasal dari Yathrib berhasil meyakinkan sang raja bahwa kota itu akan menjadi tempat hijrahnya seorang nabi terakhir. Akibat keyakinannya terhadap ramalan ini, Tubaan As’ad kemudian memeluk agama Yahudi, dan mengajak masyarakat Yaman untuk mengikuti ajaran tersebut.
Seluruh masyarakat Yaman akhirnya memeluk agama Yahudi setelah Tubaan As’ad membuktikan bahwa dua pendeta Yahudi itu mampu mengalahkan pemimpin penyembah berhala di Yaman dengan bantuan api yang dianggap sebagai simbol kekuatan spiritual. Peristiwa ini menjadi titik penting penyebaran agama Yahudi di Yaman, yang kemudian berkembang pesat di bawah kepemimpinan Tubaan As’ad dan keturunannya.
Peran Agama Yahudi dalam Kehidupan Masyarakat Yaman
Setelah agama Yahudi menjadi agama dominan di Yaman, berbagai tradisi keagamaan mulai diterapkan. Namun, tidak semua raja yang memerintah setelah Tubaan As’ad memelihara kesetiaan terhadap ajaran Yahudi. Salah satu penerusnya, Hasan, yang bercita-cita menaklukkan Persia, justru terbunuh oleh adiknya sendiri, Amor, yang ingin merebut kekuasaan. Setelah itu, Yaman mengalami kekacauan politik, yang diwarnai dengan pertikaian keluarga kerajaan dan perebutan kekuasaan di antara para pemimpin lokal.
Selama masa kekacauan itu, muncul seorang raja bernama Hunaina, seorang perampok jalanan yang berhasil merebut takhta. Pemerintahan Hunaina dikenal penuh dengan penindasan, hingga akhirnya ia dibunuh oleh salah satu keturunan Tubaan As’ad. Periode ini menjadi penanda perubahan dalam struktur politik Yaman, namun agama Yahudi tetap menjadi keyakinan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Yaman.
Masuknya Agama Nasrani ke Jazirah Arab
Berbeda dengan agama Yahudi yang masuk melalui migrasi penduduk, agama Nasrani atau Kristen mulai masuk ke wilayah Jazirah Arab, khususnya di Yaman dan Najran, melalui misi dakwah. Salah satu tokoh utama penyebaran agama Nasrani adalah seorang pendeta bernama Fiminion. Pendeta ini berasal dari wilayah Syam dan berusaha menyebarkan agama Nasrani di Yaman, yang pada waktu itu dikuasai oleh penguasa Yahudi.
Perjuangan Fiminion menyebarkan agama Nasrani tidak mudah. Ia sempat ditawan oleh perampok dan dijual sebagai budak. Namun, keajaiban-keajaiban yang ditunjukkannya membuat banyak orang di Najran tertarik kepada ajaran Nasrani. Keberhasilan besar Fiminion terjadi ketika ia berdoa agar sebuah pohon yang dikeramatkan oleh penduduk Najran dihancurkan. Pohon itu kemudian tersambar petir dan hancur, menyebabkan penduduk Najran berbondong-bondong masuk agama Nasrani.
Peristiwa Ashabul Ukhdud
Setelah penyebaran agama Nasrani di Najran dan Yaman, salah satu penguasa Yaman, Zu Nuwas, yang mengaku sebagai Tuhan, menentang ajaran Nasrani dan melakukan penganiayaan terhadap para penganutnya. Ia memerintahkan agar semua orang Nasrani di Yaman dibakar hidup-hidup jika mereka menolak kembali kepada ajaran lama. Peristiwa ini dikenal dengan nama Ashabul Ukhdud, di mana ribuan orang dibunuh secara keji hanya karena keyakinan mereka.
Kisah ini diabadikan dalam Al-Quran, dalam surah Al-Buruj ayat 1-8, yang menceritakan bagaimana orang-orang yang membuat parit dengan api di dalamnya untuk membakar kaum beriman. Peristiwa ini menjadi bukti kuat dari kekejaman yang terjadi terhadap umat Nasrani di Yaman pada masa itu.
Pengaruh Politik dan Kekuasaan di Yaman
Setelah peristiwa Ashabul Ukhdud, kekuasaan di Yaman mengalami perubahan drastis. Salah satu keturunan Nasrani yang selamat dari pembantaian, Daus Dzu Thalaban, berhasil melarikan diri ke Afrika dan meminta bantuan dari Najasyi, penguasa Nasrani di Abyssinia (Ethiopia). Najasyi, yang juga beragama Nasrani, mengirimkan pasukan besar yang dipimpin oleh Abrahah untuk menyerang dan mengakhiri kekuasaan Zu Nuwas.
Setelah berhasil merebut Yaman, Abrahah menjadi gubernur wilayah tersebut dan berusaha memperkuat pengaruh agama Nasrani. Abrahah bahkan membangun sebuah katedral megah di Yaman dengan tujuan menggantikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan. Namun, rencananya gagal, dan akhirnya pasukan gajah yang dipimpinnya dihancurkan oleh burung Ababil saat berusaha menyerang Ka’bah, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Fil.
Kesimpulan
Masuknya agama Yahudi dan Nasrani ke Jazirah Arab memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan sosial dan politik masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam. Kedua agama ini tidak hanya membawa ajaran spiritual, tetapi juga mempengaruhi kebijakan politik dan kepemimpinan di wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Meskipun kemudian agama Islam datang dan menyebar luas, jejak sejarah keberadaan Yahudi dan Nasrani tetap tertanam dalam sejarah panjang Arab, khususnya di Yaman dan Najran.