Oleh: Ustaz Dr. Faizal Abdurrahman, Pembimbing Umrah Batch 3 TAMAM TOUR AND TRAVEL
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Jamaah umrah Tamam Tour and Travel yang dirahmati Allah, alhamdulillah, hari ini kita berdiri di atas tanah yang penuh dengan hikmah dan pengorbanan, di kaki Gunung Uhud. Setiap jengkal tanah di sini adalah saksi bisu dari salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Islam, Perang Uhud.
Kisah Perang Uhud bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah cermin yang merefleksikan konsekuensi dari ketidaktaatan. Di barisan musuh, ada dua nama besar yang kelak menjadi pahlawan Islam, namun saat itu mereka adalah panglima perang kafir: Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal. Mereka memimpin 200 pasukan berkuda, sebuah kekuatan yang mematikan, menjadi ujung tombak kaum Quraisy yang haus akan pembalasan.
Di sisi lain, Nabi Muhammad ﷺ menempatkan pasukan pemanah di puncak bukit ini dengan satu perintah tegas: Jangan pernah turun, apa pun yang terjadi! Kemenangan awal sudah di depan mata. Kaum Muslimin berhasil mendesak mundur musuh. Namun, di saat itulah, bisikan godaan datang. Sebagian pasukan pemanah melihat harta rampasan perang (ghanimah) di bawah dan mengira pertempuran telah usai. Mereka turun, meninggalkan pos yang vital, melupakan perintah suci yang telah diberikan.
Melihat celah itu, Khalid bin Walid, sang ahli strategi, tahu persis apa yang harus dilakukan. Dia tidak menyia-nyiakannya. Bersama pasukannya, dia memutar, menaiki bukit yang kosong, dan mengambil alih posisi strategis tersebut. Dia memahami satu hal yang sangat krusial: siapa yang menguasai bukit ini, dialah yang akan mengendalikan jalannya peperangan.
Dan benar saja. Dari puncak bukit Uhud, pasukan Khalid bin Walid menghujani kaum Muslimin dengan anak panah. Serangan dari belakang ini mengubah jalannya pertempuran. Barisan kaum Muslimin yang sudah bersiap merayakan kemenangan menjadi kocar-kacir. Kemenangan yang sudah digenggam erat, lenyap seketika, hanya karena satu kelalaian.
Kisah Uhud adalah pengingat yang menyakitkan namun vital. Ini adalah bukti nyata bahwa sebuah tim yang hebat bisa hancur karena satu anggota yang tidak taat. Ia mengajarkan kita bahwa ujian ketaatan sering kali datang bukan saat sulit, melainkan saat kemenangan sudah di depan mata. Ketika godaan dunia, seperti harta, posisi, atau pujian, datang, di situlah iman kita diuji.
Mari kita jadikan Perang Uhud sebagai pelajaran berharga. Bahwa ketaatan penuh pada perintah Allah dan Rasul-Nya adalah kunci kemenangan sejati, bukan hanya di medan perang, tetapi juga dalam setiap langkah hidup kita.
