Mengenal Saqifah Bani Sa’idah: Menggali Kisah Persatuan Umat di Balik Taman Indah Dekat Masjid Nabawi

Saat Anda berada di Madinah, di sisi barat Masjid Nabawi, tersembunyi sebuah taman kecil yang tenang. Berhiaskan pepohonan kurma dan bangku-bangku santai, tempat ini sering kali dilewati oleh para peziarah tanpa menyadari bahwa mereka sedang melintasi salah satu lokasi paling bersejarah dalam Islam: Saqifah Bani Sa’idah.

Bersama Ustaz Dr. Faisal Abdurrahman, mari kita menyingkap tirai sejarah yang menyelimuti taman ini.

Lokasi yang Sering Terlewatkan

Dalam video, Ustaz Faisal menunjukkan bahwa lokasi Saqifah Bani Sa’idah saat ini berada tepat di belakang perpustakaan Masjid Nabawi. Dulunya, tempat ini merupakan balai pertemuan milik Bani Sa’idah, sebuah kabilah terkemuka dari kaum Ansar. Bangunan aslinya memang sudah tidak ada, namun Pemerintah Arab Saudi menjaganya sebagai taman untuk mengingatkan umat akan sebuah peristiwa besar yang terjadi di sana.

Detik-detik Kritis Penentu Kepemimpinan

Peristiwa di Saqifah Bani Sa’idah terjadi pada saat yang paling genting bagi umat Islam: sesaat setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Saat kaum Muhajirin sibuk mengurus jenazah Nabi, kaum Ansar berkumpul di tempat ini. Kekhawatiran akan masa depan umat mendorong mereka untuk segera memilih seorang pemimpin dari kalangan mereka sendiri.

Kabar ini sampai kepada Umar bin Khattab dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dengan sigap, mereka berdua dan beberapa sahabat Muhajirin lainnya mendatangi Saqifah. Suasana yang tadinya penuh dengan diskusi internal Ansar berubah menjadi forum musyawarah yang menegangkan.

Kebijaksanaan Abu Bakar dan Ketegasan Umar

Ustaz Faisal menjelaskan bahwa ada usulan dari kaum Ansar: “Satu pemimpin dari kami (Ansar), satu pemimpin dari kalian (Muhajirin).” Hal ini berpotensi memecah belah umat. Namun, Abu Bakar, dengan kebijaksanaannya, menyampaikan pandangan yang jernih. Beliau tidak menyinggung soal hak kepemimpinan, melainkan menjelaskan realitas sosial dan politik yang ada.

Abu Bakar menuturkan bahwa kaum Arab secara alami akan lebih tunduk kepada pemimpin dari suku Quraisy, kabilah Rasulullah ﷺ. Ini bukan soal superioritas, melainkan tentang penerimaan dan persatuan. Untuk menghindari perpecahan dan memastikan kepemimpinan yang kokoh, Abu Bakar kemudian mengulurkan tangan kepada dua sahabat: Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah, mempersilakan mereka untuk dibai’at.

Melihat kedalaman pandangan Abu Bakar, Umar bin Khattab tidak ragu lagi. Sebagai sosok yang memiliki naluri kepemimpinan yang tajam, ia segera mengambil inisiatif. Umar mengulurkan tangannya dan berkata, “Bentangkan tanganmu, wahai Abu Bakar, kami akan membai’atmu.”

Seketika, seluruh hadirin di Saqifah Bani Sa’idah, baik dari Muhajirin maupun Ansar, mengikuti jejak Umar. Mereka membai’at Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Momen inilah yang menyelamatkan umat Islam dari perpecahan dan menjadi tonggak penting dalam sejarah peradaban Islam.

Pelajaran Abadi untuk Kita

Kisah Saqifah Bani Sa’idah mengajarkan kepada kita tentang kematangan emosional dan spiritual para sahabat. Meskipun mereka memiliki perbedaan pendapat, mereka mampu mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan demi kemaslahatan umat. Ini adalah contoh nyata dari musyawarah dan persatuan yang harus selalu kita teladani.

Sebagai biro perjalanan haji dan umrah, Tamam Travel percaya bahwa setiap tempat di Tanah Suci memiliki pelajaran berharga. Ziarah ke Saqifah Bani Sa’idah bukan hanya melihat lokasi, tetapi juga meresapi nilai-nilai persatuan dan kerendahan hati yang telah ditanamkan oleh generasi terbaik umat ini. Semoga perjalanan Anda dipenuhi dengan ilmu dan keberkahan.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *