Ada kalanya dalam hidup, kita melihat seseorang yang terlihat begitu kuat di luar, dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya dan semangat yang terlihat tak pernah pudar. Namun, siapa sangka bahwa di balik senyuman itu, mungkin ada hati yang rapuh dan berbisik dalam doa, mengadu hanya kepada Allah dalam keheningan sajadahnya. Dalam senyap malam, saat orang lain tertidur pulas, ia duduk, bersimpuh, dan berbisik lirih, mencurahkan isi hati yang mungkin tak mampu diungkapkan kepada manusia.
Kesabaran adalah anugerah yang tak ternilai. Puncak dari kesabaran ini tampak ketika seseorang memilih untuk diam, tidak mengeluh, meskipun dalam hati ada luka yang berbisik penuh pilu. Saat bibir tetap terkatup rapat, namun dalam keheningan, air mata membasahi sajadahnya. Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar. Kesabaran ini bukanlah tanda kelemahan, justru di sanalah kekuatan sejati seseorang bersemayam.
Allah menguji hamba-Nya bukan untuk menyakiti, tapi karena cinta-Nya. Mungkin, melalui ujian ini, Allah sedang memanggil kita untuk lebih dekat, lebih mesra dalam munajat kepada-Nya. Bisa jadi, segala cobaan yang kita alami adalah bahasa cinta dari-Nya, bahasa yang mungkin belum mampu kita pahami. Allah merindukan doa-doa kita, curahan hati kita yang tulus, dan panggilan mesra kita kepada-Nya. Saat kita merasa begitu terluka atau terbebani, saat itu pulalah kita diingatkan untuk kembali, mencari kekuatan hanya kepada-Nya, seakan Allah sedang berbisik, “Datanglah kepada-Ku, Aku mendengarmu.”
Mungkin bukan ujiannya yang berat, tapi sering kali kita yang sulit menerima. Kadang, kita berusaha terlihat baik-baik saja di depan orang lain, bahkan mungkin berusaha meyakinkan diri bahwa kita kuat. Namun, di dalam hati, kita tahu ada satu tempat yang tak pernah mengecewakan, satu tempat yang selalu terbuka: Allah. Di situlah kekuatan terbesar itu muncul. Bukan dari seberapa keras kita menghadapi masalah, tapi dari seberapa dalam kita bergantung kepada-Nya. Dan saat kita bersandar kepada Allah, segala kekuatan dan ketenangan akan perlahan-lahan menyelimuti hati kita.
Dalam keheningan sajadah, di situlah jiwa bisa menangis tanpa perlu menyembunyikan air mata. Tak perlu merasa malu, karena kita berbicara dengan Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mengasihi. Setiap keluhan, setiap lirih doa, setiap tetes air mata, semuanya disaksikan oleh-Nya. Allah selalu mendengar, selalu ada untuk kita, bahkan ketika dunia terasa sepi dan seolah tak ada yang mengerti.
Maka, ketika merasa lelah, letih, atau bahkan patah, janganlah ragu untuk kembali kepada-Nya. Allah selalu ada, menunggu kita mengadu dan bersandar. Karena hanya kepada-Nya tempat kita menguatkan diri, merasakan ketenangan, dan menemukan makna dari segala hal yang kita alami. Jangan pernah merasa sendiri, sebab sejatinya Allah selalu dekat.
Semoga setiap ujian yang Allah berikan menjadi jalan untuk kita lebih dekat kepada-Nya, menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini adalah fana, sementara ketenangan sejati hanya ada di sisi-Nya. Dan ketika kita mampu bertahan dengan senyum di wajah meskipun hati terasa perih, saat itulah kita sedang menguatkan iman, menanamkan harapan bahwa Allah selalu ada untuk kita.