Jabal Nur, gunung yang menjulang di atas kota Mekah, menjadi saksi sunyi dari pencarian yang dalam, di mana seorang manusia terpilih merenung, mencari makna dari kehidupan. Di puncaknya, tersembunyi Gua Hira, tempat di mana Rasulullah ﷺ menemukan cahaya pertama wahyu yang mengubah sejarah dunia.
Di dalam keheningan Gua Hira, Rasulullah ﷺ sering menyendiri, mengasingkan diri dari keramaian dunia yang penuh kesesatan. Di tempat sunyi itu, di antara kesepian dan doa-doa yang terbisik, Jibril datang membawa pesan dari langit. “Iqra’,” bacalah, seruan yang mengguncang hatinya, membawa tanggung jawab besar yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Di balik gelapnya Gua Hira, lahir cahaya yang menerangi hati manusia hingga hari ini. Di sanalah awal dari risalah mulia, di sanalah air mata pertama Rasulullah ﷺ menetes, bukan karena takut, tapi karena tanggung jawab yang begitu agung. Jabal Nur dan Gua Hira mengajarkan kita bahwa di dalam kesunyian dan keheningan terkadang Allah menyampaikan pesan terbesar, mengubah hati yang berserah menjadi lentera yang menerangi dunia.
Setiap kali kita memandang Jabal Nur, kita diingatkan akan pengorbanan dan ketulusan Rasulullah ﷺ dalam menyebarkan kebenaran. Di dalam Gua Hira, meski kecil dan sederhana, terdapat kedalaman spiritual yang tak terhingga, menjadi simbol bahwa hidayah bisa datang kepada siapa pun yang ikhlas mencari, di tempat yang paling tak terduga. []