Pendahuluan

Dakwah Rasulullah ﷺ merupakan salah satu perjalanan spiritual yang penuh tantangan dan pengorbanan. Dari periode dakwah sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan, beliau ﷺ menghadapi berbagai tekanan, khususnya dari kaum Quraisy. Perjuangan untuk menegakkan ajaran tauhid tidak hanya menjadi sejarah bagi umat Islam, tetapi juga menjadi inspirasi akan keteguhan iman dan kesabaran dalam menghadapi ujian. Artikel ini akan mengupas fase penting dari dakwah Rasulullah ﷺ di Makkah, di mana dakwah beliau berkembang di bawah perlindungan sang paman, Abu Thalib, dan bagaimana Quraisy berupaya menghalangi penyebaran Islam.

Masa Dakwah Sembunyi-sembunyi

Setelah menerima wahyu dari Allah, Rasulullah ﷺ mulai menyampaikan risalah Islam secara sembunyi-sembunyi. Pada fase awal ini, beliau ﷺ lebih fokus menyampaikan dakwah kepada orang-orang terdekatnya, termasuk istri tercintanya, Khadijah, yang menjadi wanita pertama yang memeluk Islam. Kemudian, beberapa orang lainnya, seperti Zaid bin Haritsah, anak angkatnya, dan Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah ﷺ yang masih sangat muda, juga ikut memeluk Islam. Dakwah secara rahasia ini merupakan strategi Rasulullah ﷺ untuk menghindari tekanan dari masyarakat Quraisy yang masih memegang kuat ajaran nenek moyang mereka.

Perjuangan Abu Bakar dalam Dakwah

Salah satu sosok penting dalam dakwah awal Islam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau adalah sahabat terdekat Rasulullah ﷺ dan langsung menerima dakwah beliau tanpa ragu. Bahkan, Abu Bakar memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam kepada tokoh-tokoh Quraisy lainnya. Beberapa sahabat besar yang dijamin masuk surga, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Sa’ad bin Abi Waqqash, semuanya masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Hal ini menunjukkan betapa besar kontribusi Abu Bakar dalam menyebarkan ajaran Islam di masa-masa awal.

Dakwah Terang-terangan dan Penolakan Quraisy

Setelah beberapa waktu berdakwah secara sembunyi-sembunyi, Allah memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk menyampaikan dakwah secara terbuka. Dalam surat Al-Hijr ayat 94, Allah memerintahkan beliau: “Maka sampaikanlah dengan terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” Dengan perintah ini, Rasulullah ﷺ mulai menyampaikan ajaran tauhid di hadapan publik.

Namun, tantangan semakin berat. Salah satu momen penting dalam dakwah terang-terangan ini adalah ketika Rasulullah ﷺ naik ke Bukit Abu Qubais dan memanggil seluruh penduduk Makkah. Setelah mereka berkumpul, beliau ﷺ bertanya apakah mereka akan percaya jika beliau berkata bahwa ada musuh yang siap menyerang dari balik bukit. Tanpa ragu, mereka menjawab bahwa mereka percaya karena Muhammad ﷺ dikenal sebagai orang yang jujur. Namun, ketika beliau menyampaikan risalah tauhid, Abu Lahab, paman Rasulullah ﷺ sendiri, menjadi orang pertama yang menolak dan menghina beliau dengan keras.

Penolakan Abu Lahab dan istri beliau sangat keras. Mereka bahkan menaburkan duri di jalan yang dilalui Rasulullah ﷺ dan terus memusuhi beliau ﷺ. Allah pun menurunkan surat Al-Lahab yang mengutuk perbuatan Abu Lahab dan menyatakan bahwa ia akan masuk neraka bersama istrinya.

Perlindungan Abu Thalib

Di tengah tekanan dari Quraisy, Rasulullah ﷺ mendapatkan perlindungan dari pamannya, Abu Thalib. Meskipun Abu Thalib tidak memeluk Islam, beliau tetap memberikan dukungan penuh kepada keponakannya. Hal ini membuat Quraisy tidak berani bertindak langsung terhadap Rasulullah ﷺ karena mereka tidak ingin memicu perang antar suku.

Namun, Quraisy tidak tinggal diam. Mereka mencoba membujuk Abu Thalib agar menghentikan Rasulullah ﷺ dari menyebarkan ajarannya. Mereka menawarkan segala hal, mulai dari harta, kekuasaan, hingga posisi tertinggi, dengan syarat Rasulullah ﷺ menghentikan dakwahnya. Namun, dengan tegas, Rasulullah ﷺ menolak semua tawaran tersebut dan berkata, “Demi Allah, jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini, aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya.”

Strategi Quraisy untuk Menghalangi Dakwah

Setelah gagal membujuk Rasulullah ﷺ dan Abu Thalib, Quraisy mulai menggunakan cara-cara yang lebih kasar. Mereka mengirimkan Al-Walid bin Mughirah, salah satu tokoh Quraisy yang cerdas, untuk berdebat dengan Rasulullah ﷺ. Dalam perdebatan ini, Rasulullah ﷺ dengan tenang menjawab pertanyaan-pertanyaan Al-Walid dengan membacakan ayat-ayat dari surat Fussilat. Bacaan Al-Qur’an tersebut membuat Al-Walid terdiam dan tersentuh, meskipun akhirnya ia tidak menerima Islam.

Selain itu, Quraisy juga mencoba menawarkan pertukaran: mereka memberikan seorang pemuda bernama Amara bin Walid sebagai pengganti Rasulullah ﷺ dengan harapan bahwa Abu Thalib akan menyerahkan keponakannya kepada mereka untuk dihukum mati. Namun, Abu Thalib dengan tegas menolak tawaran tersebut.

Kesimpulan

Perjuangan dakwah Rasulullah ﷺ di Makkah adalah bukti keteguhan hati dalam menyampaikan kebenaran di tengah tantangan besar. Meskipun menghadapi berbagai rintangan dari kaum Quraisy, baik dalam bentuk ancaman fisik maupun tawaran duniawi, beliau ﷺ tidak pernah mundur. Keberanian beliau dalam menyampaikan risalah Islam, serta dukungan dari sahabat-sahabat setia seperti Abu Bakar dan perlindungan dari pamannya, Abu Thalib, menjadi salah satu faktor penting dalam penyebaran Islam di awal-awal masa kenabian. Perjuangan ini memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam tentang pentingnya keteguhan iman dan ketabahan dalam menghadapi ujian kehidupan.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *