Kesabaran adalah salah satu kualitas yang paling dihargai dalam Islam. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengajarkan bahwa kesabaran bukan hanya sekadar menahan diri dari rasa marah atau frustasi, tetapi ada tiga jenis kesabaran yang diajarkan oleh para ulama: sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi takdir yang menyakitkan.
Syaikh Al-Utsaimin menjelaskan bahwa sabar dalam ketaatan kepada Allah melibatkan disiplin diri dalam menjalankan ibadah, meskipun terasa berat. Kewajiban seperti sholat, puasa, zakat, atau haji mungkin menuntut upaya fisik, mental, atau bahkan finansial. Namun, Allah memerintahkan kita untuk terus berusaha, karena pahala dari ibadah ini jauh lebih besar daripada kesulitan yang kita alami. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu…” (QS. Ali Imran: 200).
Jenis kesabaran kedua adalah menahan diri dari dosa dan maksiat. Menahan diri dari apa yang diharamkan oleh Allah, seperti berbohong, mencuri, atau berzina, memerlukan kekuatan batin. Nafsu sering kali mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang dilarang, namun manusia yang benar-benar sabar akan mampu melawan godaan tersebut dan menjauhinya. Ini juga merupakan bentuk ujian bagi kita, untuk menguji sejauh mana kita bisa memegang teguh nilai-nilai kebenaran.
Terakhir, ada sabar dalam menghadapi takdir yang menyakitkan. Hidup ini penuh dengan ujian; kehilangan harta, orang yang kita cintai, atau kesehatan adalah sebagian kecil dari cobaan yang mungkin kita hadapi. Dalam keadaan seperti ini, banyak orang yang mungkin tergoda untuk marah atau mengeluh. Namun, Syaikh Al-Utsaimin mengingatkan bahwa seorang Muslim seharusnya tidak menunjukkan ketidakpuasan, baik dengan perkataan maupun perbuatan, melainkan harus sabar dan yakin bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ, ketika melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, selalu mengucapkan,الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ “Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.”
Dalam menghadapi musibah, manusia memiliki empat pilihan sikap: marah dan protes, sabar dengan berat hati, menerima dengan lapang dada, atau bahkan bersyukur karena percaya bahwa setiap cobaan membawa pahala yang lebih besar. Contoh dari ini adalah kisah seorang wanita saleh yang menderita cedera pada jarinya, tetapi ia tetap bersyukur kepada Allah karena rasa manis dari pahala yang dijanjikan telah membuatnya melupakan rasa sakitnya. “Kemanisan pahala membuatku melupakan pahitnya cobaan,” katanya.
Jadi, mari kita renungkan jenis-jenis kesabaran ini dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bersabar dalam ketaatan, menjauhi maksiat, dan menerima cobaan dengan ikhlas, kita dapat mencapai kedekatan yang lebih tinggi dengan Allah dan mendapatkan pahala yang besar di akhirat.
Sumber: Dari ceramah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin tentang tiga jenis kesabaran